Selamat Datang di Blog Saktiwansyah.....Selamat Datang di Blog Saktiwansyah.....Selamat datang di Blog Saktiwansyah

DAFTAR ISI

Selasa, 20 Oktober 2009

UPWELLING (Arus Balik) Yang Merugikan Petani Ikan Jaring Apung

Sepertinya halnya gempa bumi dan tsunami, upwelling adalah peristiwa alam yang tidak bisa dihindari dan hampir setiap tahun terjadi di waduk-waduk dan peristiwa tersebut adalah suatu peristiwa alam yang biasa. Yang luar biasa adalah dampak yang diakibatkan oleh upweeling bagi petani yang memanfaatkan sumberdaya waduk tersebut untuk tujuan pembudidayaan ikan yang lebih dikenal dengan pembudidayaan ikan Kolam Jaring Apung.
Waduk-waduk seperti waduk Jatiluhur dan waduk Cirata yang ada di Jawa Barat sudah menjadi lahan pembudidayaan ikan bagi masyarakat setempat dan bahkan orang-orang dari luar daerah seperti Jakarta banyak menanamkan investasinya disana untuk pembudidayaan ikan. Keuntungan yang diperoleh dengan pembudidayaan ikan tersebut cukup menggiurkan. Oleh karena itulah pemanfaatan sumberdaya waduk yang dulunya hanya beberapa puluh jaring apung sekarang sudah berkembang menjadi ratusan banyaknya dan kalau tidak dikontrol akan berdampak pada lingkungan waduk.

Apa Itu Upwelling?
Kata yang disering diucapkan petani diwaduk pada saat mengalami peristiwa tersebut adalah “upwelling”. Kata tersebut adalah berasal dari Bahasa Inggris. Di dalam bahasa Indonesia ada yang menyebutnya peristiwa “umbal balik”, tapi saya lebih suka menyebutnya “ arus balik” supaya lebih gambang dibahasnya.
Peristiwa upwelling akan selalu diikuti dengan peristiwa Downwelling. Peristiwa upwelling merupakan proses pergerakan masa air yang naik keatas. Jika ada air yang naik ke atas, maka secara otomatis akan ada yang turun untuk mengisi kekosongan tersebut, peristiwa turunnya massa air ke bawah inilah yang disebut dengan downwelling. Bagaimana kedua peristiwa tersebut dapat terjadi?
Peristiwa arus balik tersebut terjadi akibat perubahan suhu permukaan air. Seperti diketahui bahwa pada suhu 4oC air memiliki berat jenis yang maksimal. Oleh karena itu diatas dan dibawah suhu tersebut berat jenis air air lebih ringan. Di atas suhu 4oC seperti di waduk Jatiluhur dan Cirata yang kisaran suhunya sekitar 25oC di lapisan dasar dan 29oC di lapisan permukaan, kondisi airnya akan stabil bila masa air dengan suhu yang lebih hangat berada diatas suhu yang lebih dingin. Tapi jika pada musim hujan terjadi mendung yang terus menerus dan sebaliknya di puncak musim kemarau bertiup angin dingin yang terus menerus pada permukaan waduk, maka menyebabkan suhu air permukaan waduk menjadi lebih rendah dari suhu masa air di bawahnya, hal ini menyebabkan kondisi yang tidak stabil dimana air permukaan lebih berat dari massa air di bawahnya menyebabkan air akan bergerak ke bawah (downwelling) dan air yang dibawah akan bergerak keatas (upwelling). Jumlah massa air yang bergerak keatas volumenya sama dengan yang bergerak ke bawah.
Akibat Arus Balik (Upwelling)
Kalau dilihat secara hukum fisika maka peristiwa tersebut adalah peristiwa alam atau fenomena alam yang memang seharusnya terjadi seperti itu. Tapi kalau dilihat dari sisi usaha pembudidayaan ikan, maka peristiwa tersebut adalah peristiwa yang sangat tidak dinginkan oleh petani karena akan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit yaitu puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Kenapa peristiwa tersebut dapat merugikan petani?. Seperti penjelasan terdahulu bahwa adanya perubahan suhu menyebabkan massa air dibawah akan bergerak naik keatas. Pergerakan tersebut tidak hanya sekedar bergerak, tapi peristiwa tersebut menyebabkan kandungan oksigen di lapisan bawah dari hasil pengukuran sekitar 0 mg/L sehingga peroses perombakan atau dekomposisi bahan organik berlangsung secara anaerob dengan produk yang dihasilkannya berupa amoniak, sulfida, metan dan lain-lain dimana produk-produk tersebut dapat menjadi racun bagi ikan. Ketiadaan oksigen dan melimpahnya racun yang berasal dari lapisan bawah yang ikut naik keatas menyebabkan ikan-ikan dalam jaring apung tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima takdirnya. Akibatnya banyak ikan-ikan yang mati sehingga petani menderita kerugian yang cukup besar. Akibat dari arus balik dapat dilihat di Gambar 1.



Gambar 1. Ikan yang mati di kolam jaring apung akibat arus balik (upwelling)

Pada Waduk Jatiluhur hampir setiap tahun terjadi upwelling. Berturut-turut dari tahun 2006-2008 terjadi upwelling sebagai berikut yaitu pada tanggal 28 Januari 2006, 29 Desember – 4 januari 2007, 4 Januari 2008 dan 14-25 Feb 2008. Berdasarkan data perkiraan yang diperoleh dari teman-teman di Lapangan menunjukkan bahwa pada tahun 2006 perkiraan Ikan yang mati sekitar 2500 – 5000 Ton ikan konsumsi yang mati. Pada tahun 2008 sekitar 500 – 1000 ton ikan konsumsi yang mati. Berkurangnya kematian ikan pada tahun 2008 disebabkan petani sudah mengantisipasi hal tersebut sehingga kerugian yang dideritanya tidak banyak.
Disamping kerugian yang diderita oleh Petani akibat upwelling tersebut, maka para pelaku produksi pakan ikan juga mengalami penurunan produksi disebabkan order yang berkurang dan banyaknya paka-pakan yang dikembalikan ke Pabrik karena tidak bisa dipakai karena tidak ada ikan yang ditebar.
SOLUSI
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh petani? Mengingat upwelling tersebut adalah fenomena alam yang tidak bisa dihindari. Beberapa usulan yang mungkin bisa menjadi solusi adalah :
- Segera memikirkan untuk berpindah dari budidaya jaring apung menjadi budidaya air darat. Hal ini akan bermanafaat juga bagi konservasi wilayah waduk sehingga tidak tercemar racun semakin banyak.
- Perlu mempelajari tanda-tanda akan timbulnya upwelling seperti pengamatan perubahan suhu dll sehingga petani dapat segera mengantisipasinya agar dapat dihindari kerugian yang lebih besar.

Cikampek, 6 Oktober 2009.
Saktiwansyah efendi