Sekitar Jam 4 malam dini hari tanggal 26 April 08 neng Nori menelepon agar pulang saja ke Jasinga hari ini. Kita sekeluarga yang tidak punya firasat apa-apa baru berangkat sekitar Jam 8.30. Telepon berdering menerima panggilan baik dari Bapak mertua, adik Ipar yang menanyakan posisi dimana saat ini. saat memasuki tol Karawang Timur saya meminta Isteri untuk menelepon ke Bapak Mertua untuk menanyakan kenapa Umi tidak di bawa saja ke RS di Bogor. Kabar selanjutnya yang terdengar sungguh menggetarkan........Umi........ telah pergi...............
Isteri yang duduk di kursi sebelah kiri disamping saya yang lagi menyetir kontak berteriak histeris.....histeris dan histeris.......
Saya berusaha mengendalikan diri, karena saat itu saya memegang kendali mobil yang saya bawa. Saya berfikir, jika saya kehilangan konsentrasi maka celakalah kita semua.
Syukurlah selama lebih kurang empat jam perjalanan Cikampek-Jasinga akhirnya sampai kita di rumah. Bendera kuning telah berkibar disepanjang jalan dekat rumah, isteri semakin histeris......... segala sesuatu serasa begitu cepat berjalan. baru kemaren isteri berbicara dengan Umi, sekarang beliau terbujur kaku, menunggu isteri datang untuk dimandikan....
Tak terasa bulir-bulir air mata menetes membasahi pipiku saat kulihat Umi dimandikan. Teringat aku akan kebaikannya, kesabarannya dan ketulusannya. Tapi di dalam hatiku aku berucap..."Umi pasti mendapat tempat yang layak disisi Allah." Karena dia adalah sesorang penyayang dan sering sekali menyantuni anak yatim serta para tetua jompo. Maka tak heran ketika salah seorang Ibu tua berucap sambil menangis terisak-isak "Tidak ada lagi orang yang baik yang suka memberi uang kepada kita."
Umi........tubuhmu terbujur kaku. Aku yang mengangkatmu ke liang lahat... saat adzan dikumandangkan di liang lahat, tak terasa bulir-bulir air mata menetes dipipihku laksana hujan di siang hari yang tak dapat kucegah. Saat itu aku berfikir siapapun di dunia ini suatu saat pasti akan terbaring sepertimu. Tak tahu betapa sedihnya hati ini. Saat tulisan ini kubuat, mataku berkaca-kaca... ada kesedihan yang mendalam di hati ini...ternyata sesungguhnya manusia itu adalah makhluk yang sangat lemah. Sekuat apapun kita, segagah apapun kita, sekaya apapun kita, ternyata suatu saat kita akan mati dan tidak membawa apapun selain amal kebaikan kita. Dan... kematian itu tak pernah datang mengabari... kematian itu tak pernah datang berbisik...kematian itu tak pernah memberi tanda... kematian itu laksana halilintar datang dengan mengejutkan...........
Hari ini aku mendapat pelajaran yang sangat berharga agar kita manusia tidak boleh lengah dan terlena. Berbuatlah baik sebanyak-banyaknya, beramallah sekuat-kuatnya, beribadahlah setulus-tulusnya. Aku yakin... Umi pasti tersenyum di sana... karena kau telah menikmati kebaikan yang selama ini kau tanam. Malaikat-malaikat pasti mendampingimu dan membuat hatimu senang dan tersenyum seperti khabar yang engkau berikan lewat anak bungsumu dalam mimpi rindunya.
Hidup ternyata tidak dapat diprediksi.Itu adalah rahasia Ilahi. Saat ini kita masih bisa bernapas, tapi kita tidak tahu kapan ajal kita menjemput. Maka adalah menjadi pelajaran bagi kita bahwa seharusnya kita berbuat baik sebanyak-banyaknya untuk bekal kita dihari kemudian.
Kita akan hidup dua kali, yaitu hidup di dunia dan hidup di akhirat. Kehiupan akhirat inilah yang kekal. Dimanakah posisi kita nanti di akhirat? apakah di Surga atau Neraka? Perilaku kitalah yang akan menentukan saat kita hidup dunia ini.
Selamat jalan Umi....Semoga engkau mendapat tempat yang terbaik di sisiNya dan kami berdo'a semoga Allah membuka pintu Surga seluas-luasnya bagi Umi yang baik hati, sabar dan penuh kasih... amin.....
Selamat jalan Umi... Do'a kami menyertaimu.......................