Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, Neny Sri Utami, menjelaskan, “penelitian yang dilakukan oleh siswa SMAN 6 Yogyakarta tersebut dapat dijadikan entry point untuk pengembangkan potensi buah nyamplung lebih lanjut” (http://www.indonesia.go.id/).
Terus apa kaitannya dengan Judul tulisan saya di atas?. Sebenarnya entry point pengembangan potensi buah nyamplung sudah dirintis sejak 15 tahun yang lalu yaitu tahun 1993 pada saat saya bersama dua teman saya yaitu Ahmad Buchari dan Abdul Rauf memenangkan juara dua Lomba Karya Ilmiah "Hemat Energi" 1993 yang diselenggarakan oleh Museum Minyak dan Gas Bumi " Graha Widya Patra" Taman Mini Indonesia Indah (Gambar 2). Kami menyadari waktu itu bahwa keterbatasan literatur dan teknologi pencarian informasi lewat internet seperti sekarang ini sangat terbatas sekali, sehingga kemampuan untuk mengembangkan dan mencari bahan bacaan yang dapat membuat penelitian menjadi lebih baik menjadi terbatas.
Gambar 1. Pohon dan Buah Nyamplung (Calophyllum inophyllum)
Gambar 2. Pigam Penghargaan Juara II Lomba Karya Ilmiah Hemat Energi 1993.
Judul di atas adalah judul yang kami pakai pada Lomba Karya Ilmiah tersebut. Disela-sela kesibukan kuliah, kami menyempatkan diri untuk melakukan penelitian tersebut. Gagasan dari penelitian yang kami lakukan waktu itu adalah bahwa di Lombok Nusa Tenggara Barat, biji nyamplung tersebut biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat Lombok terutama di pedesaan untuk dijadikan obor pada malam-malam hari besar Islam seperti 1Muharram, mualud nabi dan sebaginya. Obor-obor tersebut dipasang di depan rumah/dipagar rumah masing-masing penduduk sehingga jika malam hari akan terasa terang benderang seterang hati masyarakat yang menyambut hari besar Islam tersebut.
Dari kebiasaan masyarakat Lombok itulah kami menemukan gagasan bahwa biji buah nyamplung pasti mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti minyak kerosin di Rumah tangga. Dan kebetulan sekali pohon nyamplung tersebut sangat mudah tumbuh dan buahnya seperti tidak mengenal musim sehingga ketersediaannya sangat mudah didapat. Dan kami tidak perlu jauh-jauh mencari buah tersebut karena disepanjang jalan depan Rektorat Universitas Mataram, pohon-pohon tersebut tumbuh berjejer rapi seperti menjadi benteng bagi kedaulatan Kampus Unram.
Seperti halnya yang dilakukakan oleh siswa SMAN 6 Yogyakarta, untuk memperoleh minyak biji nyamplung tersebut secara cepat dan sederhana yaitu dengan menggunakan metode fisik yaitu pressing dan hasil minyak yang diperoleh tergantung kekuatan kita dalam mempres/menekan alat tersebut. Tapi sebelum biji nyamplung tersebut dipres, buah nyamplung tersebut dijemur untuk memudah memisahkan antara biji dan daging buahnya serta untuk memudahkan dalam proses pres. Setelah biji kering dan dipisahkan dari daging buahnya selanjutnya biji nyamplung dapat dipres. Minyak yang dihasilkan agak berwarna kekuning-kuningan. Dan permasalahan yang perlu diteliti lebih lanjut adalah mungkin perlu proses pemurnian sehingga api pembakarannya tidak mengeluarkan asap hitam.
Tahun 2003 saya pernah berdiskusi dan berkirim email ke Prof. Dr. Kamaruddin Abdullah salah seorang guru besar IPB yang merupakan anggota team kami dalam melakukan kunjungan ke PT Newmont Nusa Tenggara dalam menganalisa dampak tailing yang dihasil oleh PT NNT tersebut. Bapak Prof memiliki ide agar lahan-lahan kering di Sumbawa dan lahan bekas galian PT. NNT bisa dimanfaatkan untuk penanaman pohon Jarak yang nantinya biji jarak tersebut dapat dimanfaatkan untuk sumber energi minyak alternatif. Dan saya waktu itu menyarankan agar disamping pohon jarak, maka Pohon Nyamplung juga perlu dibudidayakan di lahan-lahan kering Sumbawa sehingga kita dapat memperoleh sumber energi minyak alternatif disamping Jarak. Cuma akhir-akhir ini saya kehilangan kontak dengan beliau sehingga pembicaran pemanfaatan dan pembudiayaan pohon Nyamplung terhenti.
Dengan penelitian yang mendalam dan semangat juang generasi muda dalam menyongsong 100 tahun Kebangkitan Nasional, maka saya yakin pemanfaatan biji nyamplung sebagai alternatif sumber energi minyak akan terpenuhi sehingga beban Rakyat yang besar akibat kenaikan harga BBM dunia dapat sedikit teratasi.
Demikian sekilas review tulisan ini saya buat dalam menyongsong 100 Tahun Kebangkitan Indonesia.