Beliau bercerita tentang janji pemberian bibit dan dana untuk projec tersebut yang sampai saat saya berkunjung munkin hanya 5 % dari janji tersebut yang direalisasi oleh dinas perikanan. Tapi yang lebih mengejukan lagi bagi saya disamping cerita di atas adalah ketika saya ditunjukkan pakan yang diberikan oleh dinas perikanan yang katanya ditujukan untuk proyek pembudidayaan “bukang” tersebut adalah ternyata pakan tersebut adalah pakan yang diperuntukan bagi budidaya ikan air (Gambar 1).
Gambar 1. Pakan Ikan yang diberikan oleh dinas perikanan untuk
Budidaya “bukang” atau rujungan di Sumbawa
Naluri saya sebagai seorang yang sudah bekerja sekitar tujuh tahun dalam industri pakan tergelitik ketika melihat kenyataan tersebut dimana pakan yang seharusnya diperuntukkan bagi ikan tapi diperuntukkan untuk budidaya jenis yang lain.
Kasus pemberian pakan yang tidak tepat dalam budidaya perikanan tidak hanya terjadi di Sumbawa, tapi dibeberapa daerah di Indonesia banyak sekali peruntukan pakan yang salah dimana pakan lele diberikan untuk pakan bandeng dan pakan ikan Mas diberikan untuk pakan patin.
Melihat banyaknya kasus-kasus tersebut, maka peran dari departement kelautan dan perikanan serta peran dari industri prikanan dalam memberikan pengetahuan yang lengkap dan baik bagi petani dan pembudidaya perikanan akan sangat diharapkan, mengingat hal tersebut penting dalam meningkatkan produktivitas petani sehingga petani tidak mengalami kerugian dalam berusaha di bidang perikanan.
Pengetahuan tentang karakteristik pakan perlu diketahui karena pakan-pakan yang dibuat di industri pakan sudah disesuaikan formulasinya berdasarkan peruntukan budidayanya. Pakan yang dibuat untuk budidaya “bukang” tentu berbeda dengan pakan yang dibuat untuk budidaya Ikan Mas. Budidaya “ bukang” tentu hampir sama dengan budidaya udang dimana pakan yang dibutuhkan adalah pakan yang “water stabilitynya” lama artinya ketahanannya dalam air relatif lama atau tidak mudah hancur, dan biasanya jenis pakan ini memiliki “water stability” sekitar 1 sampai 2 jam. Hal ini dikarenakan udang atau “bukang” memiliki pola makan dan pergerakan yang lambat. Lain halnya dengan Ikan Mas. Pakan yang diberikan haruslah formulasinya disesuaikan untuk Ikan Mas dan karakterisasinya disesuaikan Ikan Mas juga dimana pakan ini haruslah memiliki “water stability” yang relatif cepat atau tidak boleh dibuat sama seperti pakan untuk udang atau “bukang”. Hal ini dikarenakan Ikan Mas atau Ikan air tawar lainnya cepat dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan.
Disamping karekatrisasi diatas, jenis pakan yang diberikan juga harus disesuai dengan jenis budidaya yang dikembangkan. Jenis Pakan “Floating” atau mengambang tentu tidak cocok diberikan untuk budidaya “bukang” atau udang karena tidak mungkin “bukang” atau udang dapat berenang di atas air. Jadi pakan yang cocok untuk budidaya “bukang” atau udang adalah jenis pakan “Sinking” atau tenggelam.
Hal yang perlu diperhatikan oleh petani atau pembudidaya sebelum pakan dipakai adalah keterangan yang terdapat pada karung atau kemasan serta label pakan yang terdapat pada karung atau kemasan tersebut. Tidak hanya produk pangan saja yang perlu diperhatikan kemasannya, produk pakan juga penting untuk diperhatikan kemasannya. Tidak seperti halnya produk pangan dimana komposisi bahan baku untuk membuat produk tersebut langsung tercetak dalam kemasannya (Gambar 2), tapi dalam produk pakan biasanya komposisi bahan bakunya dicetak dalam label tersendiri atau tidak langsung tercetak pada karung atau kemasan pakannya (Gambar 3). Label-label pakan yang berisi komposisi bahan baku dan jenis peruntukannya tersebut biasanya ditempelkan atau dijahit pada karung atau kemasan pakan tersebut. Beberapa contoh label pakan dari berbagai industri pakan dapat dilihat pada gambar 3. Disamping bahan baku yang digunakan dalam memproduksi pakan tersebut, di dalam label pakan juga biasanya dicantumkan kode produksi yang menyatakan tanggal berapa produk tersebut dibuat, tapi kode produksi tersebut biasanya hanya industri pakan tersebut saja yang dapat menterjemahkannya.
Gambar 2. Komposisi nutrisi langsung tercetak di kemasan untuk produk pangan.
Gambar 3. Komposisi Nutrisi dan bahan baku untuk produk pakan tercetak pada label
Jika para petani, penyuluh perikanan dan para pembudidaya mau memperhatikan keterangan yang terdapat dalam label pakan, maka kesalahan pemberian pakan untuk budidaya perikanan dapat dihindari dan hasil yang diperolehpun dapat lebih optimal. Tetapi berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak jarang para petani memaksakan diri untuk memberikan pakan yang tidak sesuai jenis peruntukannya. Sebagai contoh untuk ukuran pakan, ada beberapa petani kadangkala tidak memperhatikan jenis ukuran pakan. Ukuran pakan yang diberikan dari sejak masa pertumbuhan hingga masa akhir kadangkala diberikan satu jenis ukuran pakan, padahal idealnya untuk ikan lele misalnya ukuran pakan untuk ikan lele masa awal dengan berat badan 10-60 gram idealnya diberikan pakan dengan ukuran diameter dan panjang adalah 2 mm, sedangkan untuk masa pertumbuhan dengan berat badan berkisar 60-150 gr dapat diberikan pakan dengan ukuran 3 mm dan masa pertumbuhan akhir sampai siap dijual dapat diberikan pakan dengan ukuran 4 mm. Begitu juga dengan kandungan protein pakan, pemberiannya harus disesuaikan dengan masa pertumbuhan ikan budidaya tersebut serta jenis ikan yang dibudidayakan.
Terkait dengan pengetahuan petani untuk mengetahui jenis pakan yang tepat untuk budidaya perikanan yang tepat, maka apa yang dilakukan oleh departement prikanan dan kelautan pada akhir tahun 2007 yang sampai saat ini masih berlangsung yaitu meminta industri-industri pakan untuk mendaftarkan produk pakannya dan disesuaikan dengan SNI yang berlaku perlu didukung, agar petani, pemerintah dan pengusaha pakan dapat bekerjasama dalam meningkatkan pembangunan prikanan di tanah air tercinta ini.
Penulis : Saktiwansyah Efendi, Alumni Ilmu Pangan IPB. Bekerja di PT. Central Pangan Pertiwi (Charoen Pokphand Group).